Kedip
demi kedip dia lakukan hingga satu pandangan tanpa sadarnya menuju kumpulan
benda asing yang usang. Nampak debu berhamburan seolah takut oleh sentuhan tangan.
Disusul dengan pemikiran bercabang yang mulai merambati berbagai hal. Mulai saja dari hal
besar yang susah diperhitungkan kuantitasnya. Bagaimana nalar manusia mampu
mengukur semesta. Menyentuh ekor-ekor galaksi yang beragam rupa. Menikmati
setiap bentuk disket, spiral dan abstrak gerombolan bintang. Deretan angka tercipta
dari para pemikir yang cinta angkasa. Nama-nama dewa menjadi julukan berbagai
planet. Kecuali satu planet istimewa. Begitu sempurna dengan berbagai pelindung
dan penopang kehidupan. Istimewa dengan gravitasi, atmosfer, hingga
penghuninya.
Berbagai hal terjadi dan tercipta untuk sebuah
alasan. Pikirannya semakin mengerucut dari semesta hingga galaksi, planet,
bintang sampai pada semua benda yang manusia anggap sebagai penghuni langit. Dari
yang terbesar hingga terkecil. Helaan nafas sebagai kodrat seorang manusia
menghentikan pemikiran itu. Berusaha menyampaikan pesan menuju batin perasaannya.
Tidakkah manusia semestinya merasa bersyukur atas keberadaanya di dunia ini. Manusia
berusaha menjelajah dan melintasi setiap sudut semesta dengan keistimewaan akal
dan pikiran. Sungguh keterlaluan jika manusia merasa besar dan sombong. Padahal
ia tak ubahnya debu yang menyelimuti buku.
Well better post. its incredibly illuminating and entrancing post.i got much information from this post.Thank you such an extraordinary sum for giving this post to us.panseva is the best compartment card site.if you have any need of help about dish card please visit us.its very nice site for parcard
ReplyDelete